You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Memaknai Kata Hijrah

Kata hijrah (هِجْرَة) berarti pindah. Secara sejarah Islam, kata tersebut mengarah pada peristiwa perpindahan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah menuju Yasrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah. Peristiwa tersebut akhirnya menjadi tonggak dimulainya kalender Islam, yakni Hijriyah.


Perpindahan tersebut adalah demi perubahan yang lebih baik. Meskipun dipandang dari beberapa sisi, prosesi hijrah juga berarti meninggalkan kemapanan yang sudah dipegang, meninggalkan rumah dan harta kekayaan yang pernah dikumpulkan. Ditambah lagi di tempat tujuan tidak ada jaminan akan mendapatkan tempat penghidupan yang lebih layak.

Namun perubahan harus dilakukan. Sebagaimana firmanNya: Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri." (Ar Ra'd: 11)

Hijrah dalam kamus-kamus bahasa Arab berakar pada huruf ha-ja-ra, yang berarti pisah, pindah dari satu negeri ke negeri lain, berjalan di waktu tengah hari, igauan dan mimpi. Namun, dalam terminologi Islam, hijrah sering diartikan dengan meninggalkan negeri yang tidak aman menuju negeri yang aman demi keselamatan dalam menjalankan agama.Tidak sedikit contoh orang-orang besar, kesuksesannya berawal dari titik perpindahan (hijrah). Nabi Musa AS hijrah dari negeri Firaun bersama kaumnya. Nabi Ibrahim AS membangun peradabannya saat pindah ke Kan'an. Nabi Yusuf AS memulai kebesarannya setelah berpindah ke Mesir.

Dalam perkembangannya, hijrah tidak harus berpindah tempat, melainkan juga merubah sistem, pola pikir, dan segala sesuatu yang memang harus dirubah.

Banyak sekali contoh pengusaha sukses, yang menjadi besar setelah berani merubah cara kerjanya, bahkan mengganti bidang usahanya. Kalau pernah membaca buku-buku tentang motivasi, hampir semuanya menyertakan perubahan sebagai salah satu kuncinya.

Di dalam Risalah Tabukiyah, Imam Ibnul Qoyyim membagi hijrah menjadi 2 macam. Pertama, hijrah dengan hati menuju Allah dan Rosul-Nya. Hijrah ini hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap orang di setiap waktu. Macam yang kedua yaitu hijrah dengan badan dari negeri kafir menuju negeri Islam. Diantara kedua macam hijrah ini hijrah dengan hati kepada Allah dan Rosul-Nya adalah yang paling pokok.

Hijrah Dengan Hati Kepada Allah

Allah berfirman, “Maka segeralah (berlari) kembali mentaati Allah.” (Adz Dzariyaat: 50)

Inti hijrah kepada Allah ialah dengan meninggalkan apa yang dibenci Allah menuju apa yang dicintai-Nya. Rosulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim ialah orang yang kaum muslimin lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan seorang muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Hijrah ini meliputi ‘dari’ dan ‘menuju’: Dari kecintaan kepada selain Allah menuju kecintaan kepada-Nya, dari peribadahan kepada selain-Nya menuju peribadahan kepada-Nya, dari takut kepada selain Allah menuju takut kepada-Nya. Dari berharap kepada selain Allah menuju berharap kepada-Nya. Dari tawakal kepada selain Allah menuju tawakal kepada-Nya. Dari berdo’a kepada selain Allah menuju berdo’a kepada-Nya. Dari tunduk kepada selain Allah menuju tunduk kepada-Nya. Inilah makna Allah, “Maka segeralah kembali pada Allah.” (Adz Dzariyaat: 50). Hijrah ini merupakan tuntutan syahadat Laa ilaha illalloh.

Hijrah Dengan Hati Kepada Rosulullah

Allah berfirman, “Maka demi Robbmu (pada hakikatnya) mereka tidak beriman hingga mereka menjadikanmu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan di dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An Nisaa’: 65)

Hijrah ini sangat berat. Orang yang menitinya dianggap orang yang asing diantara manusia sendirian walaupun tetangganya banyak. Dia meninggalkan seluruh pendapat manusia dan menjadikan Rosulullah sebagai hakim di dalam segala perkara yang diperselisihkan dalam seluruh perkara agama. Hijrah ini merupakan tuntutan syahadat Muhammad Rosulullah.

Pilihan Allah dan Rosul-Nya itulah satu-satunya pilihan. Allah berfirman, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rosul-Nya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al Ahzab: 36)

Dengan demikian seorang muslim yang menginginkan kecintaan Allah dan Rosul-Nya tidak ragu-ragu bahkan merasa mantap meninggalkan segala perkara yang melalaikan dirinya dari mengingat Allah. Dia rela meninggalkan pendapat kebanyakan manusia yang menyelisihi ketetapan Allah dan Rosul-Nya walaupun harus dikucilkan manusia.

Seorang ulama’ salaf berkata, “Ikutilah jalan-jalan petunjuk dan janganlah sedih karena sedikitnya pengikutnya. Dan jauhilah jalan-jalan kesesatan dan janganlah gentar karena banyaknya orang-orang binasa (yang mengikuti mereka).


No comments:

 

Search

Populer

Clustrmaps

Pengunjung

Powered by Blogger.